Salafusaleh rahimahumullah adalah orang-orang yang berpaling dari kehidupan dunia dan menggantinya dengan kehidupan akhirat, juga tidak menukar perjanjian Allah dengan harga yang murahan. Mereka adalah orang-orang yang senantiasa gelisah dengan perubahan zaman. Mereka selalu waspada dan khawatir tidak sempat bertaubat sehingga membatasi diri dari hal-hal yang menyenangkan dan menggiurkan selagi waktu masih dimiliki. Mereka harap-harap cemas datangnya hari kematian dengan hasil akhir yang mereka capai. Mereka itulah para pengikut Allah yang setia lagi shaleh.
Allah SWT, berfirman,
"Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung." (QS.Al-Mujadillah:22)
Ibnul Jauzi menuturkan tentang mereka,
"(Mereka adalah) sekelompok orang yang bila gulita malam datang segera bangun lalu sujud dan berdiri. Di malam hari mereka merasakan betapa nikmatnya berzikir kepada Allah dan di siang hari mereka selalu berpuasa. Perut mereka kosongkan dari barang-barang yang haram demi menjaga harga diri, mereka tidak mengenal makanan kecuali yang halal".
Ibnul Mubarak berkata,
"Apabila malam gelap gulita, mereka bersusah payah bangun untuk mengerjakan shalat malam, lalu memancarlah sinar dari mereka yang sedang rukuk. Rasa takut menyebabkan mereka tidak nyenyak tidur, sementara orang lain terlelap karena merasa tenteram dengan dunianya".
Masyaa Allah, sungguh luar biasa para generasi salafusaleh. Bagaimana dengan kita ? Sudah sejauh mana kedekatan kita dengan Allah SWT. Sudah seberapa seringkah kita bertemu dengan Allah dalam sepertiga malam ?
Berikut ini adalah para salafusaleh dan qiyamulail-nya.
Berikut ini adalah para salafusaleh dan qiyamulail-nya.
1. Bersama Amir bin Qais
Amir bin Qais adalah seorang tabi'in yang menjadi teladan, wali Allah yang zuhud, dan orang yang rajin beribadah dikalangan umat ini. Tentang Qais, Imam Hasan Al-Bashri bertutur, "Amir bin Qais mengerjakan sholat diantara maghrib dan isya'. Setelah selesai ia pulang kerumah lalu makan sepotong roti. Kemudian tidur malam sebentar. Setelah itu ia bangun malam untuk sholat, lalu makan sahur dan keluar (untuk sholat subuh)."
Akibat sangat rajin mengerjakan sholat malam, kedua kaki beliau pecah dan bengkak, sehingga beliau berkata, "Wahai nafsu yang menyuruh kepada perbuatan keji, sesungguhnya engkau diciptakan hanyalah untuk beribadah."
Istri Amir bin Qais berkata, "Ia tidak pernah tidur nyenyak di saat orang-orang tidur nyenyang. Ia berkata, Sunggu neraka jahannam tidak pernah membiarkanku tidur nyenyak."
Qatadah menegaskan, "Tatkala Amir bin Qais hampir wafat, ia menangis. Lalu ada orang bertanya padanya, "Apakah gerangan yang menyebabkanmu menangis ?" Ia menjawab, "Aku menangis bukan karena takut mati, bukan pula karena tamak pada kemewahan dunia. Aku menangis hanya karena merasa kurang banyak menahan haus dan sholat malam."
Masyaa Allah. Semoga keberkahan selalu tercurah untuk Amir bin Qais. Aamiin
2. Bersama Rabi' bin Khaitsam
Ia seorang imam. Seorang panutan sekaligus ahli ibadah dan tergolong ulama besar di zamannya. Ibnu Mas'ud ra bila melihatnya senantiasa berkata, "Bergembiralah wahai orang yang tunduk. Demi Allah, seandainya Muhammad SAW melihatmu maka pasti beliau mencintai-mu."
Rabi' bin Khaistam salah seorang tabi'in yang sangat patuh, khusyuk dalam beribadah dan sangat menundukkan pandangannya, hingga sebagian orang menyangkanya buta. Putri Abdullah bin Mas'ud bila melihatnya maka ia berkata, "Wahai ayah, teman akrab ayah yang buta itu sudah datang." Mendengar itu Ibnu Mas'ud ra hanya tertawa".
Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Ajlan, ia berkata, "Saya pernah tidur pada suatu malam dirumah Rabi' bin Khaitsam. Ia mengerjakan sholat malam, setelah selasai lalu ia membaca Al-Quran hingga sampai ayat yang artinya "Apakah orang-orang yang berbuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman (QS. Al-Jatsiyah 21). Ia pun tetap tinggal di tempat sholatnya hingga menjelang subuh dan tidak berpindah dari ayat in karena tangis yang sangat."
Tatkala ibunya mengetahui bahwa ia sering menangis, begitu sungguh-sungguh, dan mengetahui apa yang ia lakukan, maka ibunya berkata,"Wahai anakku, barangkali engkau telah membunuh seseorang lalu engkau begitu takut dijatuhi hukuman mati?" Ia menjawab, "Benar, Ibu." Ibunya bertanya lagi, "Siapakah yang kau bunuh itu? Biarlah aku tahu untuk meminta kepada keluarganya agar mereka memaafkanmu dan tidak menuntut haknya. Demi Allah, sekiranya mereka mengetahui apa yang kau rasakan sekarang niscaya akan kasihan dan lembut hati padamu." Rabi' menjawab, "Ibu, saya telah membunuh diri sendiri ( dengan maksiat dan dosa)."
Masyaa Allah. Semoga keberkahan selalu tercurah untuk Rabi' bin Khaitsam. Aamiin
Semoga kita senantiasa bisa mencontoh para generasi-generasi salafusaleh.
Bersambung
Ia seorang imam. Seorang panutan sekaligus ahli ibadah dan tergolong ulama besar di zamannya. Ibnu Mas'ud ra bila melihatnya senantiasa berkata, "Bergembiralah wahai orang yang tunduk. Demi Allah, seandainya Muhammad SAW melihatmu maka pasti beliau mencintai-mu."
Rabi' bin Khaistam salah seorang tabi'in yang sangat patuh, khusyuk dalam beribadah dan sangat menundukkan pandangannya, hingga sebagian orang menyangkanya buta. Putri Abdullah bin Mas'ud bila melihatnya maka ia berkata, "Wahai ayah, teman akrab ayah yang buta itu sudah datang." Mendengar itu Ibnu Mas'ud ra hanya tertawa".
Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Ajlan, ia berkata, "Saya pernah tidur pada suatu malam dirumah Rabi' bin Khaitsam. Ia mengerjakan sholat malam, setelah selasai lalu ia membaca Al-Quran hingga sampai ayat yang artinya "Apakah orang-orang yang berbuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman (QS. Al-Jatsiyah 21). Ia pun tetap tinggal di tempat sholatnya hingga menjelang subuh dan tidak berpindah dari ayat in karena tangis yang sangat."
Tatkala ibunya mengetahui bahwa ia sering menangis, begitu sungguh-sungguh, dan mengetahui apa yang ia lakukan, maka ibunya berkata,"Wahai anakku, barangkali engkau telah membunuh seseorang lalu engkau begitu takut dijatuhi hukuman mati?" Ia menjawab, "Benar, Ibu." Ibunya bertanya lagi, "Siapakah yang kau bunuh itu? Biarlah aku tahu untuk meminta kepada keluarganya agar mereka memaafkanmu dan tidak menuntut haknya. Demi Allah, sekiranya mereka mengetahui apa yang kau rasakan sekarang niscaya akan kasihan dan lembut hati padamu." Rabi' menjawab, "Ibu, saya telah membunuh diri sendiri ( dengan maksiat dan dosa)."
Masyaa Allah. Semoga keberkahan selalu tercurah untuk Rabi' bin Khaitsam. Aamiin
أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ نَجْعَلَهُمْ
كَالَّذِينَ آمَنُوا - See more at:
http://www.tafsir.web.id/2013/04/tafsir-al-jaatsiyah-ayat-14-26.html#sthash.SwwGvSTx.dpuf
أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ نَجْعَلَهُمْ
كَالَّذِينَ آمَنُوا - See more at:
http://www.tafsir.web.id/2013/04/tafsir-al-jaatsiyah-ayat-14-26.html#sthash.SwwGvSTx.dpuf
أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ نَجْعَلَهُمْ
كَالَّذِينَ آمَنُوا - See more at:
http://www.tafsir.web.id/2013/04/tafsir-al-jaatsiyah-ayat-14-26.html#sthash.SwwGvSTx.dpuf
Semoga kita senantiasa bisa mencontoh para generasi-generasi salafusaleh.
Bersambung
0 Response to "Qiyamulail Bersama Salafusaleh (Bagian 1)"
Posting Komentar